Gombalan adalah Metafora yang Gagal
Berdebat dan adu argumen di grup WA sudah lumrah terjadi. Tak heran juga kalau sampai ndakik-ndakik berargumen bahkan sampai jual beli dalil. Biasanya perdebatan tersebut dipicu oleh permasalahan yang sangat sepele, kadang malah nggak mutu. Mulai dari kucing, minuman, sampai merk sabun mandi. Apa-apaan ini!
Seperti biasa, mantengin WA grup di malam minggu menjadi agenda rutin buat saya dan beberapa teman berbagi cerita dan berdebat. Ya lumayan, itung-itung kumpul daring.
Salah satu teman saya nyeletuk, “kenapa sih, para lelaki suka sekali nggombal?”
“Maksudnya?” ujar anggota grup lain.
“Ya terlalu banyak basa-basi. Kenapa gak bilang langsung, ‘Dik aku suka sama kamu’. Terus lamaran, terus nikah.”
Sejenaka saya berpikir, sepertinya ini pengalaman pribadi.
“Kenapa mbak, kau digombali orang?” saya mengajukan pertanyaan.
“Malam ini bulan malu-malu. Tapi ia nampak jelas di wajahmu.” Sambar personel lain.
Tidak sampai 10 detik, “ASTAGA!”, ia merespon gombalan tersebut. “Stop! Aku benci yang begituan.” Tambahnya.
Hal seperti ini sepertinya lebih menarik untuk dipertengkarkan ketimbang berdebat maslah merk sabun terbaik. Kebetulan saya masih menyimpan beberapa buku masa kuliah dulu. Ah, dasar kurang kerjaan.
Seperti yang saya duga. Metafora.
Saya teringat salah satu penyair hebat yang berpulang di pertengahan tahun 2020, Sapardi Djoko Darmono – Terimakaih atas sumbangsih njenengan terhadap kesusastraan kita – dengan berbagai karya fenomenalnya.
Salah satu puisi paling apik yang pernah beliau tulis, saya rasa, adalah ‘Hatiku Selembar Daun’. Di sana benar-benar terasa seolah, saat membaca puisi itu, sayalah selembar daun itu.
Sebentar.
Bukan karena pengalaman asmara saya yang sering tak terbalas. Justru rasanya hal tersebut malah kurang tepat kalau disamakan dengan makna puisi ini. Lebih jauhnya, alasan itu akan membuat pendapat saya menjadi terlalu subjektif dan tidak penting.
Jadi, yang membuat puisi ‘Hatiku Selembar Daun’ terasa lebih hidup adalah kehadiran metafora. Majas yang digunakan sangat tepat sasaran. Kehadirannya di sana bukan hanya sebagai pemanis puisi tersebut. Ia memberikan kehidupan kepada daun yang jatuh itu.
Hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput;
Daun jatuh merupakan sesuatu yang lazim ditemui. Ya memang, tak ada yang tau rasanya menjadi daun atau pohon yang ditinggalkannya. Tapi sepertinya bisa ditebak-tebak. Kalau memang yang dirsakan daun saat ia terjatuh ke rerumputan itu seperti jatuh hati, berarti daun itu merasa tidak berdaya namun kuat di waktu yang bersamaan. Cukup ambigu. Ya demikianlah adanya.
Simbolisasi dan metafora daun menjadi amat penting dalam dunia sastra dan bahkan peradaban manusia. Di dalam salah satu kumpulan essai berjudul Sepah Sahaja, Bandung Mawardi memaparkan bahwa daun memiliki tempat penting dalam spiritualitas kehidupan manusia.
Begitupun dengan SDD, ia mengajak para pembaca puisinya untuk melayang-layang diterpa angin pagi sebelum nantinya terhempas ke atas rumput bersama embun yang mulai menguap. mereka menunggu, mamandangi apapun yang ada di taman. Kegembiraan si daun menunggu seseorang yang ingin ia pandangi.
Lebih jauhnya, yang lebih menarik pada metafora dalam puisi ini, juga puisi SDD lainnya, adalah penempatan karakter. Yang terjadi bukanlah seseorang mendapati daun melayang jatuh ke rerumputan. Kita adalah daun yang jatuh itu, dihinggapi uap-uap embun, dihembus udara pagi, dan disapa oleh rerumputan.
Sesaat adalah abadi sebelum kau sapu tamanmu setiap pagi;
Si daun yang mengagumi dalam diam. Sepertinya demikian adanya. Daun ini mengajak kita untuk merasakan matahari pagi dan segarnya embun. Daun ini membagikan rasa, membuat kita ikut tersenyum menunggu seseorang yang ingin kita pandangi. Daun ini mengajarkan kepada kita untuk bersuka cita dengan cinta yang pada akhirnya menyapu kita, sesaat setelah memandanginya.
Pada akhirnya, saya berkesimpulan, menanggapi pembicaraan di grup WA tadi. Gombalan adalah sebuah metafora gagal yang diniatkan untuk meninggalkan kesan romantis kepada anda.
Kemudian kalau dilebeli suka nggombal, saya persilahkan untuk berhenti. Sepertinya itu bukan kapasitas anda. Wassalam.